MAKALAH
IDK-2
SISTEM
SENSORIK
OLEH :
SHOHIBUL
MUAYYAN NIM :14142010140
KHOIRUL
NIZA SHOBIRIN NIM :14142010117
NOVITA SARI NIM : 14142010129
BUNGA SINDITA NIM : 14142010104
ARISKA MAULIDINA NIM : 14142010103
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NGUDIA HUSADA MADURA BANGKALAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-NYA,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “ Komunikasi
Pada Anak “ . Makalah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan progam studi ilmu keperawatan STIKES Ngudia Husada Madura.
Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari adanya kekurangan dan
keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan, petunjuk serta dorongan dari
semua pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Maka dengan
kemurahan hati dan kerendahan hati penulis menucapkan terimakasih kepada:
1.
H. Mustofa Haris, S Kep., M. Kes., selaku ketua yayasan Ngudia Husada
Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan
menyelesaikan tugas makalah ini.
2.
Ns. Ulva Noviana, M Kep., selaku ketua STIKES Ngudia Husada Madura yang
telah memberikan keempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan
tugas dan makalah ini.
3.
( Ibu / Bapak dosen yang mengajar ) selaku fasiitator yang membimbing dalam
mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan penulis dalam perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
bagi pembaca umumnya.
Bangkalan,
18 Februari 2015
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................... i
Daftar
isi......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang..................................................................................... 1
1.2
Rumusan masalah................................................................................ 1
1.3
Tujuan................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan umum............................................................................. 2
1.3.2 Tujuan khusus............................................................................ 2
1.4
Manfaat............................................................................................... 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 PengertianAnatomi SistemPengelihatan(Mata) .……..……….…….. 3
2.2 PengkajianOptalmik ……………………………………………….… 8
2.3 PenegertianAnatomiSistemPendengaran
(Telinga) …..…………...... .. 10
2.4 PengkajianKemampuanMendengar………………………………..... 15
2.5 PengertianAnatomi SistemPenciuman(Hidung)
.……...……….…… 18
2.6 FisiologiPenciuman ………………………………………………..… 20
2.7 PenegertianAnatomiSistemPeraba
(Kulit) …..…………………….... 20
2.8 FisiologiPeraba
…………………….………………………………… 22
2.9 SensasiSuhu.…………….…………………………………………… 23
2.10
PengertianAnatomiSistemPerasa (Lidah) ………………….…..…. 25
2.11 FisiologiLidah ……………………………………………………... 26
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.......................................................................................... . 27
3.2
Saran ……………………………………………………………….… 27
DAFTAR
PUSTAKA ………………………
BAB I
PEND AHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori
Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk
mengenali perubahan lingkungan. Indra yang kita kenal ada lima, yaitu:
1. Indra penglihat (mata)
2. Indra pendengar (telinga)
3. Indra peraba (kulit)
4. Indra pengecap (lidah)
5. Indra
pencium (hidung).
Kelima indra tersebut berfungsi
untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor.
Reseptor yang berfungsi untuk
mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida,
kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor.
Sel-sel interoreseptor misalnya
terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan,
dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya
interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu
koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.
1.2 RumusanMasalah
Adapunrumusanmasalahyangmenjadiacuandanpedomandalampenyusanandanpenyajianmakalahinisebagaiberikut
:
1) Apa yang
dimaksud dengan saraf ?
2)
Bagimana jalanya terjadinya proses
saraf sensori pada tubuh?
3)
BagaimanaAnatomi&FisiologidariMatadanTelinga
?
4)
Bagaimana proses
pengkajianOptalmik ?
5) Bagaimana proses pengkajiankemampuanmendengar ?
1.3 TUJUAN
Kelompok kami menyusun makalah ini agar para pembaca
bisa mengetahui tentangAktifitasAnatomiFisiologiSensoridalamTubuhManusia dan denganadanya
makalah ini juga di harapkan dapat menjadi pengetahuan bagi kita semua.
1.3.1. Tujuan
Umum
1)
Untuk memenuhi tugas
mata kuliah pancasila
2)
Unuk memahami AktifitasAnatomiFisiologiSensori
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Tujuan Kelompok kami menyusun makalah ini agar para pembaca bisa
mengetahui tentang AnfisSensori
2. AnatomisistemPengelihatanyaitu Mata yang Melindungi
dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak matadanAnatomi
sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.
3. Serta dengan adanya makalah ini juga di harapkan dapat menjadipengetahuan bagi kita semua.
1.4.
Manfaat
1) Dapat
memahami tentang AktifiasAnatomiFisiologiSensori
2) Dapat memahami AnatomiSistemPengelihatandanPendengaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 PENGERTIAN
2.2.1 Sistem Saraf
Sistem
saraf manusia adalah sebuah jaringan yang sangat khusus, yang berisi miliaran
neuron, dan bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan semua
fungsi tubuh. Sistem ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan dunia
luar dan terdiri dari dua komponen, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf
perifer (PNS).
Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang,
sedangkan sistem saraf perifer terdiri dari semua neuron tubuh, kecuali yang
ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf manusia yang
bersangkutan dengan menerima informasi dari dunia luar, pengolahan, dan
kemudian menghasilkan respon yang tepat. Ini adalah jaringan yang mengontrol
dan mengkoordinasikan semua kegiatan tubuh, dengan mengirimkan pesan atau
sinyal dari otak ke bagian-bagian berbeda dari tubuh dan sebaliknya.
2.1.2
Cara Kerja Saraf
Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia
bekerja melalui jaringan kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel
dari sistem saraf. Neuron melakukan sinyal atau impuls antara dua komponen dari
sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer. Ada terutama tiga jenis
neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang
diterima dari alat indera, seperti mata, hidung atau kulit, sistem saraf pusat,
yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang. Otak pada gilirannya, memproses
rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian lain dari tubuh,
memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus.
Motor neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang
belakang, dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.
Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca
impuls, yang diterima dari neuron sensorik dan memutuskan respon yang akan
dihasilkan. Mereka terutama ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem saraf juga
mengandung sel-sel glial, yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron
menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk transmisi impuls
dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu neuron ke lain
tidak sesederhana kedengarannya. Jadi, mari kita cari tahu bagaimana tepatnya neuron
mengirimkan impuls ke neuron lain
Fungsi sel saraf sensorik adalah
menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon)
dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat .
Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat .
2.2 Impuls
Impuls
adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian
pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai
berikut.
a. Perubahan dari dingin menjadi panas.
b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d. Suatu benda yang menarik perhatian.
e. Suara bising.
f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.
a. Perubahan dari dingin menjadi panas.
b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d. Suatu benda yang menarik perhatian.
e. Suara bising.
f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.
Impuls yang diterima oleh reseptor
dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan
pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
panjang.
a. Gerak sadar
disadari Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
disadari Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
b. Gerak
refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Bagannya sebagai berikut.
Contoh gerak refleks
adalah sebagai berikut.
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Bagannya sebagai berikut.
Contoh gerak refleks
adalah sebagai berikut.
1. Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
2. Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata.
3. Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4. Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5. Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi
2. Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata.
3. Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4. Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5. Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi
c. Perbedaan Gerak Sadar
dan Gerak Reflek
1)
Gerak Sadar
Gerak
sadar adalah gerakan yang dikontrol oleh pusat kesadaran. Pada gerak itu,
otakmu memberi perintah kepada otot-otot untuk melakukan gerakan tersebut.
Jalannya impuls pada gerak sadar adalah sebagai berikut:
impuls
dari reseptor → neuron sensorik → pusat saraf (otak) → respon efektor → neuron
motorik → efektor (gerak anggota tubuh).
Contoh
gerak sadar adalah aktivitas sehari-hari seperti makan, lari, dan melompat.
2)
Gerak Refleks
Gerak
refleks adalah gerakan spontan yang tanpa disadari.
Contohnya
bila tangan menyentuh benda panas tanpa sengaja, maka secara spontan akan
menarik tangan menjauhi benda panas itu.
Jalannya
impuls pada gerak refleks sebagai berikut:
impuls
dari reseptor→neuron sensorik → sumsum tulang belakang respon efektor →
neuronmotorik → efektor
Impuls
yang menyebabkan gerakan tersebut dibawa oleh sel saraf sistem eferen somatik
dan suatu jalur rangsangan pendek yang disebut lengkung refleks.
Gerak
refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks kranial dan refleks spinal. Pada
refleks kranial
(yang
terjadi di kepala, misalnya bersin), jalur ini hanya melibatkan sebagian kecil
dari otak. Namun pada refleks spinal (yang terjadi di bagian tubuh lainnya),
hanya sumsum tulang belakang yang terlibat secara aktif, sedangkan otak tidak
terlibat. Jalan impuls pada gerak refleks di atas melibatkan lengkung refleks
spina.
d.
Saraf Motorik dan Saraf Sensori
1)
Saraf motorik
Saraf
motorik menghubungkan sistem saraf pusat dan otot dalam tubuh, melalui neuron
motorik, di mana saraf motorik berasal. Badan sel untuk setiap saraf terletak
pada sumsum tulang belakang. Setiap saraf motorik menghubungkan otot tertentu
dalam tubuh, dan membawa impuls, yang menyebabkan otot berkontraksi.
2)
Sistem Saraf Motoris
Adapun
sistem saraf motoris atau eferen tersusun atas neuron yang membawa impuls dari
sistem saraf pusat menuju efektor. Sistem saraf eferen dibedakan menjadi dua,
yaitu sistem saraf somatis dan sistem
saraf otonom. Sistem saraf somatis membawa impuls menuju otot rangka sebagai
respons dari rangsang yang berasal dari luar. Sistem saraf somatis bekerja
secara sadar. Adapun sistem saraf otonom membawa impuls untuk mengatur kerja otot
polos, otot jantung, sistem peredaran darah, sistem ekskresi, dan sistem
endoksin. Saraf otonom bekerja secara tidak sadar. Sistem saraf otonom
dibedakan menjadi dua, yaitu saraf
simpatetis dan saraf parasimpatetis. Ketika saraf tersebut bekerja pada organ
yang sama, keduanya bekerja secara berlawanan (antagonistik). Secara umum,
saraf parasimpatetis membawa impuls yangberhubungan dengan pembentukan energi,
misalnya pencernaan. Sebaliknya, saraf simpatetis akan membawa impuls yang
berhubungan dengan penggunaan energi atau peningkatan laju metabolisme.
2.3 Anatomi Fisiologi Mata
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5
cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya
saja yang tampak pada bagian luar. Perhatikan gambar dibawah ini:
1.1 Struktur Mata Eksternal
A. KavumOrbita
Merupakanronggamata yang
bentuknyasepertikerucutdenganpuncaknyamengarahkedepandankedalam. Dindingronggamatadibentukolehtulang:
1. Osfrontalis
2. Oszigomatikum
3. Osslenoidal
4. Osetmoidal
5. Ospalatum
6. Oslakrimal
B. Alis
Duapotongkulittebal
yang melengkungditumbuhiolehrambutpendek yang
berfungsisebagaipelindungmatadarisinarmatahari yang
sangatterikdansebagaialatkecantikan.
C. Kelopak Mata (Palpebra)
Kelopakataupalpebraterdiridari
2 bagiankelopakmataatasdankelopakmatabawah, mempunyaifungsimelindungi bola
mata, sertamengeluarkansekresikelenjarnya yang membentuk film air mata di
depankornea. Palpebramerupakanalatmenutupmata yang
bergunauntukmelindungi bola mataterhadap trauma, trauma sinardanpengeringan
bola mata.
Kelopakmatadapatmembukadiriuntukmemberijalanmasuksinarkedalam
bola mata yang dibutuhkanuntukpenglihatan.
a.) Lapisanluar
1. Sklera
Sklera dikenal juga sebagai putih
mata, merupakan 5/6 dinding luar bola mata dengan ketebalan sekitar 1 mm.
Sklera mempunyai struktur jaringan fibrosa yang kuat sehingga mampu
mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan jaringan-jaringan halus pada
mata. Pada anak-anak, sklera akan terlihat berwarna biru sedangkan pada orang
dewasa akan terlihat seperti warna kuning.
2. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrana mukosa
(selaput lendir) yang melapisi kelopak & melipat ke bola mata untuk
melapisi bagian depan bola mata sampai limbus. Konjungtiva ada 2, yaitu
konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian
depan bola mata). Fungsi konjungtiva: memberikan perlindungan pada sklera dan
memberi pelumasan pada bola mata. Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh
darah.
3. Kornea
Kornea adalah jaringan bening,
avaskular, yang membentuk 1/6 bagian depan bola mata, dan mempunyai diameter
11mm. Kornea merupakan kelanjutan dari sklera.
b.) Lapisan Tengah
1. Koroid
Koroid adalah membran berwarna
coklat, yang melapisi permukaan dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh
darah dan sel-sel pigmen yang memberi warna gelap. Fungsi koroid: memberi
nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya.
2. Badan Siliar
Badan siliar menghubungkan koroid
dengan iris. Tersusun dalam lipatan-lipatan yang berjalan radier ke dalam,
menyusun prosesus siliaris yang mengelilingi tepi lensa. Prosesus ini banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Badan siliaris ini berfungsi untuk
menghasilkan aquous humour.
3. Iris
Iris terdiri dari otot polos yang
tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan
pupil, dirangsang oleh cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya yang
sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi
pupil. Bila cahaya lemah, otot radier akan kontraksi, shg pupil dilatasi utk
memasukkan cahaya lebih banyak. Fungsi iris: mengatur jml cahaya yang masuk ke
mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
4. Pupil
Merupakanruangterbuka yang bulatpada
iris yang harusdilaluicahayauntukdapatmasukke anterior mata.Ukuran pupil
dapatberubahecararefleksi yang dikendalikanotot-ototmelingkarpada iris.
1.2 Sistem Lakrimal
Sistem
sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem
ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal,
duktus nasolakrimal, meatus inferior.Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian,
yaitu :
1.
Sistem produksi atau glandula
lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita.
2.
Sistem ekskresi, yang terdiri atas
pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal.
Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus
lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Film air
mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus
lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola
mata, maka air mata akan keluar melalui margopalpebra yang disebut epifora.
Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari
kelenjar lakrimal Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka
sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan
yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui
pungtum lakrimal.
1.3 Otot Mata
Gerakanmatadikontrololehenamototokuler
yang dipersarafiolehsarafkranial III, IV, dan VI.
Merupakanototekstrinsikmataterdiridari
7 buahotot, 6 buahototdiantaranyamelekatdenganoskavumorbitalis, 1
buahmengangkatkelopakmatakeatas.
1.
Muskuluslevatorpalpebralis
superior inferior, fungsinyamengangkatkelopakmata.
2. Muskulusorbikularisokuliototlingkarmata,
fungsinyauntukmenutupmata
3. Muskulusrektusokuli inferior (
ototsekitarmata ) fungsinyauntukmenutup
mata.
3 Muskulusrektusokuli medial (ototsekitarmata) fungsinyamenggerakkan
matadalam ( bola mata)
5 Muskulusobliquesokuli superior, fungsinyamemutarmatakeatas, kebawahdankeluar.
Muskulusrektusokuliberorigopadaanulustendineuskomunis,
yang merupakansarungfibrosus yang menyelubunginervusoptikus.Strabismus (juling)
disebabkantidakseimbangnyaatauparalisakelumpuhanfungsidarisalahsatuototmata.
Otot Mata
danPergerakannyasertaInervasinya.
No
|
Otot mata
|
Gerakan
|
Inervasi
|
1
|
M. Rectus
Superior
|
Elevasi (+ Abduksi)
|
N. III
(nervus Oculomotorius)
|
2
|
M. Rectus
Inferior
|
Depresi (+ Abduksi)
|
N. III
(nervus Oculomotorius)
|
3
|
M. Rectus
Lateralis
|
Abduksi
|
N. VI
(nervus Abducens)
|
4
|
M. Rectus
Medialis
|
Adduksi
|
N. III
(nervus Oculomotorius)
|
5
|
M.Obliquus
Superior
|
Rotasi medial (adduksi + depresi)
|
N. IV
(nervus Throchlearis)
|
6
|
M.Obliquus
Inferior
|
Rotasi lateral (adduksi + elevasi)
|
N. III
(nervus Oculomotorius)
|
1.4 Suplai Darah
Proses pengalirandarah di
matatidakjauhberbedadengan proses pada organ
tubuhlainnyahanyasajasedikitlebihberbedaperpaduanantaraarteridan vena.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan
darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena
oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata
bagian belakang.
1.5 Bola Mata
Bola mata
terdiri atas :
a)
Dinding bola mata
b)
Isi bola mata.
Dinding bola
mata terdiri atas :
a) Sclera
b) Kornea .
Isi bola
mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
a) Sklera merupakan bagian terluar yang melindungi bola
mata.
b) Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan
sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila
terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan
uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan
pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola
mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan
otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan
siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar
yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor),
yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
c) Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak
paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan
koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi
retina.Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan
ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek
dan terjadi ablasi retina. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di
daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai
peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di
daerah makula lutea.
2.4 PENGKAJIAN OPTALMIK
Perawat
menggunakan pendekatan sistematis, dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata
dan bola mata diperiksa terlebih dahulu, kemudian diperiksa struktur internal.
Teknik yang dipergunakan adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakuakn dengan
instrument oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi dilakukan untuk mengkaji
nyeri tekan mata, deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta, serta
mendeteksi secara kasar tingkat tekanan intra okuler.
a) Postur dan gambaran klien, catat
kombinasi pakaian yang tidak lazim, yang mungkin mengindikasikan colou
vision defect. Demikian juga karakteristik postur yang menarik perhatian
seperti mendongakan kepala yang dapat merupakan tanda sikap kompensasi untuk
memperoleh pandangan yang jelas. Sebagai contoh, klien dengan double vision
dapat mengangkat kepalanya ke satu sisi sebagai usaha untuk memfokuskan
pandanagn menjadi satu ( Vaughan, 1999 ).
b) Kesimetrisan mata, observasi
kesimetrisan mata kanan dan kiri. Kaji kesimetrisan wajah klien untuk melihat
apakah kedua mata terletak pada jarak yang sama. Kaji letak mata pada orbit.
Periksa apakh salah satu mata lebih besar atau menonjol ke depan.
c) Alis dan kelopak mata, aobservasi
kuantitas dan penyebaran bulu alis. Inspeksi kelopak mata, anjurkan pasien
melihat ke depan, bansingkan mata kiri dan kanan, anjurka pasien menutup kedua
mata, amati bentuk dan keadaan kulit dari kedua kelopak mata, serta pinggiran
kelopak mata, catat jika ada kelainan ( kemerahan ). Perhatikan keluasan mata
dalam membuka, catat adanya droping kelopak mata atas atau sewaktu membuka (
ptosis ).
d) Bulu mata, periksa bulu
mata untuk posisi dan distribusinya. Selain berfungsi sebagai pelindung, juga
dapat menjadi iritan bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Dan hal ini
dapat mengakibatkan iritan pada kornea. Orang yang emnderita depigmentasi
abnormal, albinisme, infeksi kronik, dan penyakit autoimun, bulu mata akan
memutih atau poliosis ( Vaughan, 1999 ).
e) Kelenjar lakrimalis, observasi
bagian kelenjar lakrimal dengan cara meretraksi kelopak mata atas dan menyuruh
klien untuk melihat ke bawah. Kaji adanya edema pada kelenjar lakrimal, perawat
dapat emnekan sakus lakrimalis dekat pangkal hidung untuk memeriksa adanya
obstruksi duktus nasolakrimalis, jika di dalamnya terdapat peradangan akan
keluar cairan pungtum lakrimalis. Punktum lakrimalis dapat diobservasi dengan
cara menarik kelopak mata bawah secara halus melalui pipi. ( Potter, 2006 ).
f) Konjungtiva
dan sclera, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara
bersama. Jika pada konjungtiva palpebra klien dicurigai kelainan, palpebra atas
and bawah harus dibalik. Palpebra bawah dibalik denagn cara menarik batas atas
kea rah pipi sambil klien dianjurkan untuk melihat ke atas. ( Brunner, 2002 ).
Amati keadaan konjungtiva, kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila ada pus
atau warna tidak normal seperti anemis. Kaji warna sclera, pada keadaan normal
berwarna putih. Warna kekuning – kuningan dapat mengindikasikan jaundis/ikterik
atau masalah sistemik.
g) Kornea, observasi
dengan cara memberikan sinar secara serong dari beberapa sudut. Korne
seharusnya transparan, halus, jernih dan bersinar. Observasi adanya kekeruhan
yang mungkin adalah infiltrate atau sikatrik akibat trauma atau cedera.
Cikatrik kornea dapat berupa nebula ( bercak seperti awan yang hanya dapat
dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan ). Macula ( bercak putih yang dapat
dilihat di kamar terang ) dan leukoma ( bercak putih seperti porselen yang dapat
dilihat dari jarak jauh). Jika klien sadar juga dapat dilakukan reflek
berkedip.
h)
Pupil, amati warna iris ukuran dan bentuk pupil yang bulat
dan teratur. Pupil yang tidak bulat dan teratur akibat perlengketan iris dengan
lensa/kornea (sinekkia). Lanjutkan pengkajian terhadap reflek cahaya. Pupil
yang normal akan berkontriksi secara reguler dan konsentris,efek tidak
langsung,pupil mengecil pada penyinaran mata disebelahnya. Reaksi yang lambat
atau tidak adanya reaksi dapat terjadi pada kasus peningkatan tekanan
intrakranial (bentuk normal: isokor, pupil yang mengecil (<2mm) disebut miosis,
amat kecil disebut : pinpoint, sedangkan yang
melebar (>5mm)disebutmidriasis).Nyatakan besarnya pupil
dalam mm ( normalnya 2-5mm). Pemeriksaan pupil normal biasanya didokumentasikan
dan disingkat PERRLA : Pupil Equal Round and Reaktif to Light and
Accomodation (pupil seimbang, bulat, dan bereaksi terhadap cahaya dan
akomodasi).
2.5 ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
Anatomi sistem
pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga
luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang
bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan.
Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan
menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap
bagian-bagian telinga yang berbeda.
1.1 Anatomi telinga luar
Telingaluarterdiri dari
aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga
tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.
Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh
kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung
jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis
auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral
mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua
pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis
auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
1.2 Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran
timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial
celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada
akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran
ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi
osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang
terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada
tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada
dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat
tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur
berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami
robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar
1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya,
tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum
ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi
sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer.
1.3 Anatomi Telinga Dalam
Telinga
dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII
(nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan
bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun
tulang labirint.
.Koklea
berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah
lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ
Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin
membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan
langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis,
duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang
dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe
dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila
keseimbangan ini terganggu.
Percepatan
angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan
merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas
elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke
otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut
utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke
otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus
koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus
vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,
menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus
ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus
kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan
darah ke batang otak
1.4 Keseimbangan dan Pusing
1. Keseimbangan
Kelainan sistem keseimbangan dan
vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang berusia 17 tahun ke
atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi
lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.
2. Pusing
Pusingsering
digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk menggambarkan stiap
gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa
menggambarkan dengan jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang
hanya bisa dirasakan oleh pasien, penting untuk menentukan apa gejala yang
sebenrnya dirasakan oleh pasien.
1.5 Prinsip Fisiologi yang Mendasari
Konduksi bunyi
Bunyi
memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana
timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis,
melalui gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian
dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani menjadi energi
elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke
nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir
sebagai suara.
Selama
proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari
aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng
batkan peningkatan amplitudo bunyi.
1.6 Kehilangan Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran
:
1. Kehilangan konduktif
Biasanya
terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan
telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti
itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
2. Kehilangansensoris
Melibatkan kerusakan
koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori
neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga
kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran
mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi
konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau
psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan
struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai
manifestasi gangguan emosional.
2.6 PENGKAJIAN KEMAMPUAN MENDENGAR
a.) Pemeriksaan Telinga.
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti
telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan
otoskop pneumatic
1. Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling
sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi
adanya :
1. deformitas, lesi,
2. cairan begitu pula ukuran,
3. simetris dan sudut penempelan ke
kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak
menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis
eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan
mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit
bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya
dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius
eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
1.
Otoskop dipegang dengan satu tangan
semen¬tara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya dengan mantap dan ditarik
ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus kanal pada
orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana
timpani.
2.
Spekulum dimasukkan dengan lembut
dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop
untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat
dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut
ke bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang
dan ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar
ringan agar tidak menimbulkan nyeri.
3.
Setiap adanya cairan, inflamasi,
atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.
4.
Membrana, timpani sehat berwarna
mutiara keabuanpada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan
kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.
5.
Gerakan memutar lambat spekulum
memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus dan daerah perifer. dan
warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut cahaya
dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus
dicatat.
6.
Pemeriksaan otoskop kanalis
auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat dilakukan bi kanalis
tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis eksternus,
dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
7.
Bila serumen sangat lengket maka
sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan dalam kanalis
telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.
2.
Ketajaman
Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien
dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan
1.Bisikan kata atau detakan jam tangan.
2.Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang
sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa
bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
3.Pemeriksa
menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2
kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien
dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila
yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci
dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal)
dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien.
Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada
suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai
satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.
3. Penggunaan uji Weber dan Rinne
Memungkinkan kita membedakan
kehilangan akibat konduktif dengan kehilangan sensorineural
Uji Webermemanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya
lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan
pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi
atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di
telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan
mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara
terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif
(otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang
sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga
akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan
sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran
unilateral.
2.8ANATOMI SISTEM
PENCIUMAN (HIDUNG)
Hidung
merupakan bagian yang paling menonjol pada wajah. Fungsinya sebagai jalan
napas, alat pengatur kondisi udara (air condition), penyaring & pembersih
udara, indera pembau, resonansi suara, membantu proses berbicara, dan refleksi
nasal. Hidung juga merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran
air mata. Perhatikan Gambarnya :
Struktur
hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1.
Kubah tulang. Letaknya paling atas dan bagian hidung yang tidak bisa
digerakkan.
2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan bagian hidung yang bisa sedikit digerakkan.
2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan bagian hidung yang bisa sedikit digerakkan.
3.
Lobulus hidung. Letaknya paling bawah dan bagian hidung yang paling mudah
digerakkan.
Struktur
penting dari anatomi hidung :
1.
Dorsum nasi (batang hidung) Struktur yang membangun dorsum nasi (batang hidung)
:
a. Bagian kaudal dorsum nasi (batang
hidung)
b. Bagian kranial dorsum nasi (batang
hidung)
Bagian
kaudal dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian lunak dari dorsum nasi
(batang hidung). Tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris.
Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit dan perikondrium pada
kartilago alaris. Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian
keras dari dorsum nasi (batang hidung). Tersusun oleh os nasalis dan ossis
maksila prosesus fron talis.
2. Septum Nasi
Fungsi
utama septum nasi adalah menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua
kavum nasi (lubang hidung).
Struktur
yang membangun septum nasi adalah 2 tulang dan 2 kartilago, yaitu :
1.
Bagian anterior septum nasi
2.
Bagian posterior septum nasi
Bagian
anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan, yaitu kartilago quadrangularis,
cartilago alaris mayor crus medial, dan cartilago septi nasi. Bagian anterior
septum nasi terdapat plexus Kiesselbach. Bagian posterior septum nasi tersusun
oleh os vomer dan os ethmoidalis lamina perpendikularis . Kelainan septum nasi
yang paling sering ditemukan adalah deviasi septi.
3. Kavum Nasi (Lubang Hidung)
3. Kavum Nasi (Lubang Hidung)
Rongga
/ lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) berbentuk terowongan dari depan ke
belakang. Rongga hidung dilapisi 2 jenis mukosa, yaitu mukosa olfaktori dan
mukosa respiratori.
Rongga
hidung tersusun oleh :
1.
Nares anterior (nosetril). Nares anterior merupakan lubang depan rongga hidung
(cavitas nasi).
2.
Vestibulum nasi. Letaknya dibelakang nares anterior. Vestibulum nasi dilapisi
oleh rambut dan kelenjar sebasea.
3.
Nares posterior (choanae). Nares posterior (choanae) merupakan lubang belakang
rongga hidung (cavitas nasi).P enghubung antara rongga hidung (cavitas nasi)
dengan nasofaring.
2.9.
FISIOLOGI PENCIUMAN
Indera
penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap
rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap
molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell
receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika
partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory
bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan
kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.
2.10 ANATOMI SISTEM PERABA (KULIT)
2.10 ANATOMI SISTEM PERABA (KULIT)
Kulit
merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat
15% berat badan. Kulit yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir
dan preputium, ulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan telapak
tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit yang lembut terdapat
pada leher dan badan, dan kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala.
Perhatikan Gambarnya :
Kulit
adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan,
rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor
yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di
sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Lapisan kulit manusia terdapat
beberapa lapisan, yaitu:
a.
Epidermis
Epidermis
merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan
ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, yaitu :
a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
b) Stratum lusidum, yang berfungsi
melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut
c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin
d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.
c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin
d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.
b.
Dermis
Jaringan dermis
memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak
lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm.
Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang
terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari
protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya
kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan
dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu
a) Akar Rambut
b) Pembuluh Darah
c) Kelenjar Minyak (glandula
sebasea)
d) Kelenjar Keringat (glandula
sudorifera), dan
e) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis
kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris.
Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan
sebagainya. Oleh karena itu kulit merupakan organ terluas dimana pada organ ini
terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause), rasa
nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan (meissner).
2.11 FISIOLOGI PERABA
Fungsi kulit secara umum :
1.
Sebagai proteksi.
a) Masuknya
benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.
b) Melindungi
dari trauma yang terus menerus.
c) Mencegah
keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
d) Menyerap
berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
e) Memproduksi
melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
2.
Pengontrol/pengatur
suhu.
a) Vasokonstriksi
pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat
terjadi penguapan keringat.
3.
Proses Hilangnya Panas
Dari Tubuh:
a) Radiasi:
pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.
b) Konduksi
: pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan
dengan tubuh.
c) Evaporasi
: membentuk hilangnya panas lewat konduksi.
d) Kecepatan
hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh
peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
4. Sensibilitas
a) Mengindera
suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
5. Keseimbangan Air
a) Sratum
korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit
yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subcutan.
b) Air
mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
2.12 SENSASI SUHU
Tingkatan suhu
dibedakan oleh tiga jenis organ akhir sensories, diantaranya reseftor dingin,
reseftor hangat dan dua subtife reseftor nyeri yaitu reseftor nyeri dingin dan
reseftor nyeri panas. Dua jenis reseftor nyeri hanya dirangsang oleh panas atau
dingin dalam derajat yang ekstrim sebingga bertanggung jawab bersama dengan
reseftor dingin dan hangat untuk sensasi dingin yang membekukan atau panas yang
membakar.
a)
Perangsang Reseftor
Suhu
Sensasi Dingin, Sejuk,
Indeferen Hangat danPanas. Respon
empat jenis serabut saraf, yaitu : serat nyeri dingin, serat dingin, serat
hangat dan serat nyeri panas. Pada daerah sangat dingn hanya serabut nyeri
dingin yang terangsang. Pada suhu di atas 10 sampai 15oC impuls nyeri berhenti,
tetapi reseptor dingin mulai terangsang. Kemudian kira-kira 30oC, reseftor
hangat menjadi terangsang progresif sedangkan reseftor dingin mereda pada kira-kira
43oC. Akhirnya sekitar 45oC serabut nyeri panas juga mulai terangsang.
Oleh
karena itu dapat dipahami bahwa orang menerima suhu dari sensasi suhu oleh
tingkat perangsang relatif dari berbagai jenis ujung saraf tersebut. Dapat
dipahami mengapa dingin atau panas yang luar biasa dapat menyakitkan dan
mengapa kedua sensasi ini bila cukup kuat dapat memberikan kualitas sensasi
yang hampir tepat sama, yaitu sensasi dingin membekukan dan panas yang membakar
terasa hampir sama.
b)
Efek Perangsang dengan
Menaikan dan Menurunkan Suhu
Bila suatu reseftor
suhu mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba, mula-mula ia merangsang dengan
kuat tetapi perangsangan ini menghilangkan dengan cepat selama semenit pertama
dan secara progresif lebih lambat selama setengah jam atau lebih berikutnya.
Dengan perkataan lain, reseftor tersebut sebagian besar bradaptasi tetapi tidak
seluruhnya.
Jadi jelaslah bahwa
perubahan suhu bereaksi menyolot terhadap perubahan suhu disamping dapat
bereaksi dengan perubahan suhu yang stabil. Ini berarti abhwa jika suhu kulit
turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin dari pada bila suhu tersebut
tetap pada tingkat yang sama. Sebaliknay jika suhu meningkat secara aktif orang
tersebut merasa jauh lebih hangat dari pada yang akan dirasakannya pada suhu
yang sama seandainya ia konstan.
c) Mekanisme Perangsang Reseftor
Suhu
Diduga reseftor suhu terangsang
oleh perubahan kecepatan metabolik mereka, perubahan ini disebabkan oleh fakta
bahwa suhu mengubah kecepatan reaksi kimia intra sel kira-kira 2 kali untuk
tiap perubahan 10oC, dengan perkataan lain deteksi suhu mungkin tidak
disebabkan oleh perangsangan fisik langsung tetapi oleh perangsangan kimia dari
ujung saraf tersebut karena di ubah oleh suhu.
d) Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu
Jumlah ujung dingin
atau hangat dalam tiap sedikit daerah permukaan tubuh sangat kecil, sehingga
sulit untuk menilai gradsi suhu bila daerah kecil dirangsang. Tetapi bila
daerah tubuh yang luas dirangsang, isyarat suhu dari seluruh daerah tersebut
dijumlahkan. Sesungguhnya orang mencapai kemampuan maksimumnya untuk membedakan
varian suhu yang kecil bila seluruh tubuhnya mengalami perubahan suhu tersebut
secara serentak. Misalnya perubahan suhu yang cepat kecil 0,01oC dapat di
diteksi jika perubahan ini mempengaruhi seluruh permukaan tubuh dengan
serentak. Sebaliknya perubahan suhu yang yang besarnya 100 kali ini mungkin
tidak mendeteksi bila permukaan kulit yang dipengaruhi hanya berukuran kira-kira
satu sentimeter persegi.
a. Korpuskula Pacini : tekanan
Korpuskula Pacini (vater pacini) ditemukan di jaringan
subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum,
mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau
lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling
besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang
besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus.
Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela
yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun
bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.
Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan
yang dalam.
b.Korpuskula Ruffini : panas
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis
dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung
ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor,
karena mirip dengan organ tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo
(fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak
bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini
terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk
menerima rangsangan panas.
c. Korpuskula Krause : dingin
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis
(bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut.
Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron.
Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam
korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap
diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral
dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini
jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia.Korpuskel ini berguna
sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
d. Korpuskula Meissner :
sentuhan
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis,
khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris,
sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron
dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu
dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah
korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel
saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang
mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus
ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik
(mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
e. Korpuskula ujung saraf terbuka: rasa nyeri
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir
saraf bebas padabanyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama
dalam kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak
bermielin, atau seratsaraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah
kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang
berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali
bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir
mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri
dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang
berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus.
Pada epidermisberhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir
sarafmembentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel
merkel).Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak
juluransitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan
antarakeratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan
denganjaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus
merkelmerespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin
2.13 ANATOMI SISTEM PERASA (LIDAH)
Perhatikan
Gambar berikut ini :
Lidah
adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera
pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut
membantu dalam tindakan bicara.Juga membantu membolak balik makanan dalam
mulut.
Struktur lainnya yang
berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin lingua atau
glossal dari bahasa Yunani.
Sebagian besar, lidah tersusun
atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan
processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah
yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Lidah
Lidah adalah kumpulan
otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan
dengan mengunyah dan menelan.Lidah
berfungsi sebagai indera pengecap, mengatur makanan di dalam mulut agar
terkunyah dengan baik, membantu menelan makanan, dan membantu mengucapkan
kata-kata. Lidah sebagai indera pengecap, yaitu untuk merasakan rangsangan rasa
dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut. Indera pengecap tersebut terletak
pada bagian permukaan atas yang terbagi menjadi beberapa daerah yang peka
terhadap manis, asam, asin dan pahit. Hal ini dikarenakan pada permukaan lidah
terdapat saraf pengecap yang berupa bintil-bintil yang menyebabkan permukaan
lidah menjadi kasar. Bintil-bintil tersebut disebut juga papilla yang terdiri
dari banyak kuncup pengecap (taste bud).
Ujung
organ untuk indera pengecap yang disebut taste buds (putting cita rasa) terdiri
atas sel-sel gustatory fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang
terangkai dalam bentuk kelompok yang menyerupai tong. Proses yang menyerupai
rambut dari sel-sel gustatory ini menjulur melalui pori pada bagian superficial
dari putting cita rasa. Ujung serabut-serabut saraf berakhir di sekitar sel-sel
gustatory ini. Bagian lidah yaitu valet dan papilla fungiform mengandung banyak
sekali putting cita rasa meskipun putting itu terdapat juga pada palatum,
farink, dan larink. Sensasi cita rasa di bawa kearah dua per tiga bagian
rostral lidah oleh cabang-cabang saraf fasial korda timpani yang menyertai
cabang lingual dari saraf trigeminus. Sebaliknya bagian lidah yang
sepertiga (arah kaudal = posterior) menerima cita rasa melalui cabang lingual
dari saraf (glosofarinkeal). Sensasi yang lain merupakan campuran dari cita
rasa dasar, atau kombinasi berbagai cita rasa dengan indera penciuman.
Pengecapan
adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang terutama
terletak pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecap pada lidah
manusia) dan dalam jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan
laringeal dari epiglottis. Kuncup kecap terbenam dari epitel berlapis dari
papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan kimia masuk
melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel reseptor. Indera
perasa dimediasi oleh Taste Buds dalam rongga mulut. Taste Buds adalah organ
reseptor multiseluler yang mengandung 60-100 sel, dan terus-menerus
diperbaharui oleh sel-sel progenitor yang terletak di membran basal dan
sepanjang tepi lateral tunas. Setelah divisi terminal mereka, sel-sel pengecap
yang sudah dewasa masuk ke tunas dan berdiferensiasi menjadi salah satu dari
empat jenis sel pengecap.
Kuncup
kecap terdiri atas sekurang-kurangnya empat jenis sel, yang dapat dikenali
dengan mikroskop elektron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan mikrovili
pada permukaannya. Walaupun fungsinya belum diketahui, mereka dapat membantu
aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang dicirikan oleh
terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4
adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor dari
sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf
sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar
untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3.
Kuncup
pengecap tersebut dapat mengecap rasa karena mempunyai kumpulan saraf pengecap.
Setiap kuncup pengecap hanya bisa mengenali satu rasa yang khas, yang terdiri
dari 2 jenis sel, yaitu sel penyokong dan sel pengecap sebagai reseptor. Pada
sel pengecap terdapat silia(rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap
(taste pores). Zat-zat makanan yang terlarut dalam cairan ludah akan merangsang
sel-sel ujung saraf melalui rambut gustatori yangselanjutnya akan menimbulkan
impuls yang akan diteruskan ke otak sehingga dapat diinterpretasikan dengan
berbagai rasa. Rasa yang dapat direspon oleh kuncup-kuncup pengecap,yaitu
manis, asam, asin dan pahit. Pada lidah reseptor yang sensitif terhadap rasa
manis terdapat pada ujung lidah, untuk rasa asam terdapat pada bagian samping
lidah (kanan dan kiri), untuk rasa pahit terdapat pangkal lidah dan bagian
samping depan sensitif terhadap rasa asin.
Sel
reseptor pengecap merupakan sel epitel yang termodifikasi menjadi bentuk yang
memiliki banyak lipatan permukaan atau mikrovili, dan sedikit menonjol melalui
pori-pori pengecap untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan dalam
mulut. Membran plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara
selektif dengan molekul zat kimia, karena hanya zat padat yang terlarut dalam saliva
atau cairan lain yang dapat berikatan dengan sel reseptor.
Terdapat
4 jenis papilla, yaitu
- Papilla filiformis, terdapat pada bagian posterior
- Papilla fungiformis, pada bagian anterior
- Papilla foliata, pada pangkal lidah bagian lateral
- Papilla sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah
2.14. FISIOLOGI LIDAH
1. Substansi yang dirasakan harus
berbentuk cairan atau larut dalam saliva.
2. Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap.
Sensasi Rasa:
2. Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap.
Sensasi Rasa:
1.Kuncup pengecap yang sensitive
terhadap rasa manis .terletak di ujung lidah.
2.Substansi asam dirasakan terutama
di bagian samping lidah.
3.Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian samping lidah.
3.Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian samping lidah.
4. Substansi pahit akan
menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5
cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya
saja yang tampak pada bagian luar.
Anatomi sistem
pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga
luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang
bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan.
Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan
menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap
bagian-bagian telinga yang berbeda.
3.2. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca
dapat mengetahui bahwa Anatomi Fisiologi
Sensori
( Anatomi
Fisiologi Sistem Pengelihatan dan PEndengaran)sangat penting bagi
kehidupan kita dan agar pembaca.
Selain dari pada itu,penulis memohon maaf
apabila terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan
yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat menjadi wacana yang membuka
pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat maupun tersurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Tanggal 23-02-2013. Pukul 12.41
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2009. h:1-12.
Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit
Airlangga, Surabaya, 1984. h:1-8.
tanggal 23-02-2013,
04:41 WIB
http _aianpramadhan.blogspot.com_ Dunia
Bocah Keperawatan.htm
tanggal 23-02-2013, 05.3
Borgata Hotel Casino & Spa - Map, Timings, Address - JTM Hub
BalasHapusBorgata Hotel 세종특별자치 출장샵 Casino 경주 출장마사지 & 강릉 출장마사지 Spa locations, hours, 광주광역 출장마사지 services, map, photos, geolocation, license information and more. 통영 출장마사지