Jumat, 06 Maret 2015

makalah anatomi dan fisiologi sistem sensori











                                          MAKALAH IDK-2
                                         SISTEM SENSORIK

                                    stikes nhm



OLEH :
SHOHIBUL MUAYYAN                            NIM :14142010140
KHOIRUL NIZA SHOBIRIN                     NIM :14142010117
NOVITA SARI                                             NIM : 14142010129
BUNGA SINDITA                                       NIM : 14142010104
ARISKA MAULIDINA                               NIM : 14142010103






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NGUDIA HUSADA MADURA BANGKALAN




KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “ Komunikasi Pada Anak “ . Makalah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan progam studi ilmu keperawatan STIKES Ngudia Husada Madura.
            Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan, petunjuk serta dorongan dari semua pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Maka dengan kemurahan hati dan kerendahan hati penulis menucapkan terimakasih kepada:
1.      H. Mustofa Haris, S Kep., M. Kes., selaku ketua yayasan Ngudia Husada Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2.      Ns. Ulva Noviana, M Kep., selaku ketua STIKES Ngudia Husada Madura yang telah memberikan keempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas dan makalah ini.
3.      ( Ibu / Bapak dosen yang mengajar ) selaku fasiitator yang membimbing dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan penulis dalam perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.



                                                                        Bangkalan, 18 Februari  2015



                                                                                    Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................        i
Daftar isi.........................................................................................................        ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1   Latar belakang.....................................................................................        1
1.2   Rumusan masalah................................................................................        1
1.3   Tujuan.................................................................................................        2
1.3.1 Tujuan umum.............................................................................        2
1.3.2 Tujuan khusus............................................................................        2
1.4   Manfaat...............................................................................................        2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1  PengertianAnatomi SistemPengelihatan(Mata) .……..……….……..        3
2.2  PengkajianOptalmik ……………………………………………….      8
2.3  PenegertianAnatomiSistemPendengaran (Telinga) …..…………...... ..     10
2.4  PengkajianKemampuanMendengar……………………………….....        15
2.5  PengertianAnatomi SistemPenciuman(Hidung) .……...……….……        18
2.6  FisiologiPenciuman ………………………………………………..       20
2.7  PenegertianAnatomiSistemPeraba (Kulit) …..……………………....        20
2.8  FisiologiPeraba …………………….………………………………      22
2.9  SensasiSuhu.…………….……………………………………………       23
2.10  PengertianAnatomiSistemPerasa (Lidah) ………………….…..….        25
2.11 FisiologiLidah ……………………………………………………...        26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... .     27
3.2 Saran ……………………………………………………………….…     27

DAFTAR PUSTAKA ………………………
BAB I
PEND AHULUAN
1.1    Latar Belakang
Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori
Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan. Indra yang kita kenal ada lima, yaitu:
1.      Indra penglihat (mata)
2.      Indra pendengar (telinga)
3.      Indra peraba (kulit)
4.      Indra pengecap (lidah)
5.      Indra pencium (hidung).
Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor.
Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor.
Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.

1.2    RumusanMasalah
Adapunrumusanmasalahyangmenjadiacuandanpedomandalampenyusanandanpenyajianmakalahinisebagaiberikut :
1)      Apa yang dimaksud dengan saraf ?
2)      Bagimana jalanya terjadinya proses saraf sensori pada tubuh?
3)      BagaimanaAnatomi&FisiologidariMatadanTelinga ?
4)      Bagaimana proses pengkajianOptalmik ?
5)      Bagaimana proses pengkajiankemampuanmendengar ?





1.3     TUJUAN
Kelompok kami menyusun makalah ini agar para pembaca bisa mengetahui tentangAktifitasAnatomiFisiologiSensoridalamTubuhManusia dan denganadanya makalah ini juga di harapkan dapat menjadi pengetahuan bagi kita semua.

1.3.1.      Tujuan Umum

1)         Untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila
2)         Unuk memahami AktifitasAnatomiFisiologiSensori

1.3.2.  Tujuan Khusus

1.   Tujuan  Kelompok kami menyusun makalah ini agar para pembaca bisa
mengetahui tentang AnfisSensori
2.   AnatomisistemPengelihatanyaitu Mata yang Melindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak matadanAnatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.
3.   Serta dengan adanya makalah ini juga di harapkan dapat menjadipengetahuan bagi kita semua. 

1.4.      Manfaat
1)   Dapat memahami tentang  AktifiasAnatomiFisiologiSensori
2)    Dapat memahami AnatomiSistemPengelihatandanPendengaran







BAB II
PEMBAHASAN

2.2  PENGERTIAN
2.2.1 Sistem Saraf
Sistem saraf manusia adalah sebuah jaringan yang sangat khusus, yang berisi miliaran neuron, dan bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan semua fungsi tubuh. Sistem ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan terdiri dari dua komponen, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf perifer (PNS).
Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf perifer terdiri dari semua neuron tubuh, kecuali yang ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf manusia yang bersangkutan dengan menerima informasi dari dunia luar, pengolahan, dan kemudian menghasilkan respon yang tepat. Ini adalah jaringan yang mengontrol dan mengkoordinasikan semua kegiatan tubuh, dengan mengirimkan pesan atau sinyal dari otak ke bagian-bagian berbeda dari tubuh dan sebaliknya.
2.1.2        Cara Kerja Saraf
Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia bekerja melalui jaringan kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari sistem saraf. Neuron melakukan sinyal atau impuls antara dua komponen dari sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer. Ada terutama tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari alat indera, seperti mata, hidung atau kulit, sistem saraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang. Otak pada gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian lain dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus. Motor neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang belakang, dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.
Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari neuron sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glial, yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Jadi, mari kita cari tahu bagaimana tepatnya neuron mengirimkan impuls ke neuron lain
Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).

Fungsi sel saraf moto
rik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat .
2.2  Impuls
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut.
a. Perubahan dari dingin menjadi panas.
b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d. Suatu benda yang menarik perhatian.
e. Suara bising.
f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
panjang.
https://fembrisma.files.wordpress.com/2011/12/gerak-sadar.jpg?w=627a. Gerak sadar
disadari Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.




b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Bagannya sebagai berikut.
Contoh gerak refleks
adalah sebagai berikut.
1.  Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
2. Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata.
3. Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4.  Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5. Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi


c. Perbedaan Gerak Sadar dan Gerak Reflek
1) Gerak Sadar
Gerak sadar adalah gerakan yang dikontrol oleh pusat kesadaran. Pada gerak itu, otakmu memberi perintah kepada otot-otot untuk melakukan gerakan tersebut. Jalannya impuls pada gerak sadar adalah sebagai berikut:
impuls dari reseptor → neuron sensorik → pusat saraf (otak) → respon efektor → neuron motorik → efektor (gerak anggota tubuh).
Contoh gerak sadar adalah aktivitas sehari-hari seperti makan, lari, dan melompat.

2) Gerak Refleks
Gerak refleks adalah gerakan spontan yang tanpa disadari.
Contohnya bila tangan menyentuh benda panas tanpa sengaja, maka secara spontan akan menarik tangan menjauhi benda panas itu.
Jalannya impuls pada gerak refleks sebagai berikut:
impuls dari reseptor→neuron sensorik → sumsum tulang belakang respon efektor → neuronmotorik → efektor
Impuls yang menyebabkan gerakan tersebut dibawa oleh sel saraf sistem eferen somatik dan suatu jalur rangsangan pendek yang disebut lengkung refleks.
Gerak refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks kranial dan refleks spinal. Pada refleks kranial
(yang terjadi di kepala, misalnya bersin), jalur ini hanya melibatkan sebagian kecil dari otak. Namun pada refleks spinal (yang terjadi di bagian tubuh lainnya), hanya sumsum tulang belakang yang terlibat secara aktif, sedangkan otak tidak terlibat. Jalan impuls pada gerak refleks di atas melibatkan lengkung refleks spina.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9DWeDd44_WaNmfwatZkg9fQXKVw1myoTysg4vlJAMhpIs4yyVdkvAYkkODEhv0sBm4dBgb7oszE4GrFkfQuUnPctSkFEfDgbZh_zMqi6lMJRXtZR7WCjxXu_RFxPBixGNwjYGZ3VdyZfC/s1600/e9.pngd. Saraf Motorik dan Saraf Sensori








1) Saraf motorik
Saraf motorik menghubungkan sistem saraf pusat dan otot dalam tubuh, melalui neuron motorik, di mana saraf motorik berasal. Badan sel untuk setiap saraf terletak pada sumsum tulang belakang. Setiap saraf motorik menghubungkan otot tertentu dalam tubuh, dan membawa impuls, yang menyebabkan otot berkontraksi.
2) Sistem Saraf Motoris
Adapun sistem saraf motoris atau eferen tersusun atas neuron yang membawa impuls dari sistem saraf pusat menuju efektor. Sistem saraf eferen dibedakan menjadi dua, yaitu  sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatis membawa impuls menuju otot rangka sebagai respons dari rangsang yang berasal dari luar. Sistem saraf somatis bekerja secara sadar. Adapun sistem saraf otonom membawa impuls untuk mengatur kerja otot polos, otot jantung, sistem peredaran darah, sistem ekskresi, dan sistem endoksin. Saraf otonom bekerja secara tidak sadar. Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua, yaitu  saraf simpatetis dan saraf parasimpatetis. Ketika saraf tersebut bekerja pada organ yang sama, keduanya bekerja secara berlawanan (antagonistik). Secara umum, saraf parasimpatetis membawa impuls yangberhubungan dengan pembentukan energi, misalnya pencernaan. Sebaliknya, saraf simpatetis akan membawa impuls yang berhubungan dengan penggunaan energi atau peningkatan laju metabolisme.
2.3      Anatomi Fisiologi Mata
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Perhatikan gambar dibawah ini:


 









1.1    Struktur Mata Eksternal
A.    KavumOrbita
Merupakanronggamata yang bentuknyasepertikerucutdenganpuncaknyamengarahkedepandankedalam. Dindingronggamatadibentukolehtulang:
1. Osfrontalis
2. Oszigomatikum
3. Osslenoidal
4. Osetmoidal
5. Ospalatum
6. Oslakrimal

B.     Alis
Duapotongkulittebal yang melengkungditumbuhiolehrambutpendek yang berfungsisebagaipelindungmatadarisinarmatahari yang sangatterikdansebagaialatkecantikan.

C.     Kelopak Mata (Palpebra)
Kelopakataupalpebraterdiridari 2 bagiankelopakmataatasdankelopakmatabawah, mempunyaifungsimelindungi bola mata, sertamengeluarkansekresikelenjarnya yang membentuk film air mata di depankornea. Palpebramerupakanalatmenutupmata yang bergunauntukmelindungi bola mataterhadap trauma, trauma sinardanpengeringan bola mata.
Kelopakmatadapatmembukadiriuntukmemberijalanmasuksinarkedalam bola mata yang dibutuhkanuntukpenglihatan.

a.) Lapisanluar
1.      Sklera
Sklera dikenal juga sebagai putih mata, merupakan 5/6 dinding luar bola mata dengan ketebalan sekitar 1 mm. Sklera mempunyai struktur jaringan fibrosa yang kuat sehingga mampu mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan jaringan-jaringan halus pada mata. Pada anak-anak, sklera akan terlihat berwarna biru sedangkan pada orang dewasa akan terlihat seperti warna kuning.
2.      Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak & melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus. Konjungtiva ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola mata). Fungsi konjungtiva: memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata. Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah.
3.      Kornea
Kornea adalah jaringan bening, avaskular, yang membentuk 1/6 bagian depan bola mata, dan mempunyai diameter 11mm. Kornea merupakan kelanjutan dari sklera.



b.) Lapisan Tengah
1.      Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yang memberi warna gelap. Fungsi koroid: memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya.
2.      Badan Siliar
Badan siliar menghubungkan koroid dengan iris. Tersusun dalam lipatan-lipatan yang berjalan radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris yang mengelilingi tepi lensa. Prosesus ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Badan siliaris ini berfungsi untuk menghasilkan aquous humour.
3.      Iris
Iris terdiri dari otot polos yang tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya yang sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya lemah, otot radier akan kontraksi, shg pupil dilatasi utk memasukkan cahaya lebih banyak. Fungsi iris: mengatur jml cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
4.      Pupil
Merupakanruangterbuka yang bulatpada iris yang harusdilaluicahayauntukdapatmasukke anterior mata.Ukuran pupil dapatberubahecararefleksi yang dikendalikanotot-ototmelingkarpada iris.

1.2    Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1.      Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita.
2.      Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di­bagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margopalpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.

1.3    Otot Mata
Gerakanmatadikontrololehenamototokuler yang dipersarafiolehsarafkranial III, IV, dan VI.
Merupakanototekstrinsikmataterdiridari 7 buahotot, 6 buahototdiantaranyamelekatdenganoskavumorbitalis, 1 buahmengangkatkelopakmatakeatas.
1.   Muskuluslevatorpalpebralis superior inferior, fungsinyamengangkatkelopakmata.
2.  Muskulusorbikularisokuliototlingkarmata, fungsinyauntukmenutupmata
3.   Muskulusrektusokuli inferior ( ototsekitarmata ) fungsinyauntukmenutup
mata.
3     Muskulusrektusokuli medial (ototsekitarmata) fungsinyamenggerakkan
matadalam ( bola mata)
4     Muskulusobliquesokuli inferior, fungsinyamenggerakkan bola matakebawahdankedalam.
5     Muskulusobliquesokuli superior, fungsinyamemutarmatakeatas, kebawahdankeluar.
Muskulusrektusokuliberorigopadaanulustendineuskomunis, yang merupakansarungfibrosus yang menyelubunginervusoptikus.Strabismus (juling) disebabkantidakseimbangnyaatauparalisakelumpuhanfungsidarisalahsatuototmata.

Otot Mata danPergerakannyasertaInervasinya.
No
Otot mata
Gerakan
Inervasi
1
M. Rectus Superior
Elevasi (+ Abduksi)
N. III
(nervus Oculomotorius)
2
M. Rectus Inferior
Depresi (+ Abduksi)
N. III
(nervus Oculomotorius)
3
M. Rectus Lateralis
Abduksi
N. VI
(nervus Abducens)
4
M. Rectus Medialis
Adduksi
N. III
(nervus Oculomotorius)
5
M.Obliquus Superior
Rotasi medial (adduksi + depresi)
N. IV
(nervus Throchlearis)
6
M.Obliquus Inferior
Rotasi lateral (adduksi + elevasi)
N. III
(nervus Oculomotorius)


1.4    Suplai Darah
Proses pengalirandarah di matatidakjauhberbedadengan proses pada organ tubuhlainnyahanyasajasedikitlebihberbedaperpaduanantaraarteridan vena.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

1.5    Bola Mata
Bola mata terdiri atas :
a)      Dinding bola mata
b)      Isi bola mata.

Dinding bola mata terdiri atas :
a)      Sclera
b)      Kornea .
Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
a)      Sklera merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
b)      Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh para­simpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasim­patis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c)      Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsang­an pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuator­nya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.

2.4      PENGKAJIAN OPTALMIK
Perawat menggunakan pendekatan sistematis, dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata diperiksa terlebih dahulu, kemudian diperiksa struktur internal. Teknik yang dipergunakan adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakuakn dengan instrument oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata, deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta, serta mendeteksi secara kasar tingkat tekanan intra okuler.
a)      Postur dan gambaran klien, catat kombinasi pakaian yang tidak lazim, yang mungkin mengindikasikan colou vision defect. Demikian juga karakteristik postur yang menarik perhatian seperti mendongakan kepala yang dapat merupakan tanda sikap kompensasi untuk memperoleh pandangan yang jelas. Sebagai contoh, klien dengan double vision dapat mengangkat kepalanya ke satu sisi sebagai usaha untuk memfokuskan pandanagn menjadi satu ( Vaughan, 1999 ).
b)      Kesimetrisan mata, observasi kesimetrisan mata kanan dan kiri. Kaji kesimetrisan wajah klien untuk melihat apakah kedua mata terletak pada jarak yang sama. Kaji letak mata pada orbit. Periksa apakh salah satu mata lebih besar atau menonjol ke depan.
c)      Alis dan kelopak mata, aobservasi kuantitas dan penyebaran bulu alis. Inspeksi kelopak mata, anjurkan pasien melihat ke depan, bansingkan mata kiri dan kanan, anjurka pasien menutup kedua mata, amati bentuk dan keadaan kulit dari kedua kelopak mata, serta pinggiran kelopak mata, catat jika ada kelainan ( kemerahan ). Perhatikan keluasan mata dalam membuka, catat adanya droping kelopak mata atas atau sewaktu membuka ( ptosis ).
d)     Bulu mata, periksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya. Selain berfungsi sebagai pelindung, juga dapat menjadi iritan bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Dan hal ini dapat mengakibatkan iritan pada kornea. Orang yang emnderita depigmentasi abnormal, albinisme, infeksi kronik, dan penyakit autoimun, bulu mata akan memutih atau poliosis ( Vaughan, 1999 ).
e)      Kelenjar lakrimalis, observasi bagian kelenjar lakrimal dengan cara meretraksi kelopak mata atas dan menyuruh klien untuk melihat ke bawah. Kaji adanya edema pada kelenjar lakrimal, perawat dapat emnekan sakus lakrimalis dekat pangkal hidung untuk memeriksa adanya obstruksi duktus nasolakrimalis, jika di dalamnya terdapat peradangan akan keluar cairan pungtum lakrimalis. Punktum lakrimalis dapat diobservasi dengan cara menarik kelopak mata bawah secara halus melalui pipi. ( Potter, 2006 ).
f)       Konjungtiva dan sclera, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Jika pada konjungtiva palpebra klien dicurigai kelainan, palpebra atas and bawah harus dibalik. Palpebra bawah dibalik denagn cara menarik batas atas kea rah pipi sambil klien dianjurkan untuk melihat ke atas. ( Brunner, 2002 ). Amati keadaan konjungtiva, kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila ada pus atau warna tidak normal seperti anemis. Kaji warna sclera, pada keadaan normal berwarna putih. Warna kekuning – kuningan dapat mengindikasikan jaundis/ikterik atau masalah sistemik.
g)      Kornea, observasi dengan cara memberikan sinar secara serong dari beberapa sudut. Korne seharusnya transparan, halus, jernih dan bersinar. Observasi adanya kekeruhan yang mungkin adalah infiltrate atau sikatrik akibat trauma atau cedera. Cikatrik kornea dapat berupa nebula ( bercak seperti awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan ). Macula ( bercak putih yang dapat dilihat di kamar terang ) dan leukoma ( bercak putih seperti porselen yang dapat dilihat dari jarak jauh). Jika klien sadar juga dapat dilakukan reflek berkedip.
h)      Pupil, amati warna iris ukuran dan bentuk pupil yang bulat dan teratur. Pupil yang tidak bulat dan teratur akibat perlengketan iris dengan lensa/kornea (sinekkia). Lanjutkan pengkajian terhadap reflek cahaya. Pupil yang normal akan berkontriksi secara reguler dan konsentris,efek tidak langsung,pupil mengecil pada penyinaran mata disebelahnya. Reaksi yang lambat atau tidak adanya reaksi dapat terjadi pada kasus peningkatan tekanan intrakranial (bentuk normal: isokor, pupil yang mengecil (<2mm) disebut miosis, amat kecil disebut : pinpoint, sedangkan yang melebar  (>5mm)disebutmidriasis).Nyatakan besarnya pupil dalam mm ( normalnya 2-5mm). Pemeriksaan pupil normal biasanya didokumentasikan dan disingkat PERRLA : Pupil Equal Round and Reaktif to Light and Accomodation (pupil seimbang, bulat, dan bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi).

2.5    ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.


 











1.1    Anatomi telinga luar
Telingaluarterdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

1.2    Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

1.3    Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint.
.Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.
Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak

1.4    Keseimbangan dan Pusing
1. Keseimbangan
Kelainan sistem keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.

2.   Pusing
Pusingsering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk menggambarkan stiap gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa menggambarkan dengan jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh pasien, penting untuk menentukan apa gejala yang sebenrnya dirasakan oleh pasien.

1.5    Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi bunyi
Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan amplitudo bunyi.

1.6    Kehilangan Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran :
1.        Kehilangan konduktif
Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
2.        Kehilangansensoris
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.

2.6      PENGKAJIAN KEMAMPUAN MENDENGAR
a.)  Pemeriksaan Telinga.
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic

1.      Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya :
1. deformitas, lesi,
            2.  cairan begitu pula ukuran,
3. simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
1.      Otoskop dipegang dengan satu tangan semen¬tara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana timpani.
2.      Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.
3.      Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.
4.      Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuanpada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.
5.      Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.
6.      Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
7.      Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.







2.       Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan
1.Bisikan kata atau detakan jam tangan.
2.Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
3.Pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.

3.  Penggunaan uji Weber dan Rinne
Memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehilangan sensorineural
Uji Webermemanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran unilateral.

2.8ANATOMI SISTEM PENCIUMAN (HIDUNG)
Hidung merupakan bagian yang paling menonjol pada wajah. Fungsinya sebagai jalan napas, alat pengatur kondisi udara (air condition), penyaring & pembersih udara, indera pembau, resonansi suara, membantu proses berbicara, dan refleksi nasal. Hidung juga merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata. Perhatikan Gambarnya :



 










Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1. Kubah tulang. Letaknya paling atas dan bagian hidung yang tidak bisa digerakkan.
2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan bagian hidung yang bisa sedikit digerakkan.
3. Lobulus hidung. Letaknya paling bawah dan bagian hidung yang paling mudah digerakkan.

Struktur penting dari anatomi hidung :
1. Dorsum nasi (batang hidung) Struktur yang membangun dorsum nasi (batang hidung) :
a. Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung)
b. Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung)

Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian lunak dari dorsum nasi (batang hidung). Tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit dan perikondrium pada kartilago alaris. Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian keras dari dorsum nasi (batang hidung). Tersusun oleh os nasalis dan ossis maksila prosesus fron talis.


2. Septum Nasi
Fungsi utama septum nasi adalah menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua kavum nasi (lubang hidung).
Struktur yang membangun septum nasi adalah 2 tulang dan 2 kartilago, yaitu :
1. Bagian anterior septum nasi
2. Bagian posterior septum nasi
Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan, yaitu kartilago quadrangularis, cartilago alaris mayor crus medial, dan cartilago septi nasi. Bagian anterior septum nasi terdapat plexus Kiesselbach. Bagian posterior septum nasi tersusun oleh os vomer dan os ethmoidalis lamina perpendikularis . Kelainan septum nasi yang paling sering ditemukan adalah deviasi septi.

3. Kavum Nasi (Lubang Hidung)
Rongga / lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) berbentuk terowongan dari depan ke belakang. Rongga hidung dilapisi 2 jenis mukosa, yaitu mukosa olfaktori dan mukosa respiratori.

Rongga hidung tersusun oleh :
1. Nares anterior (nosetril). Nares anterior merupakan lubang depan rongga hidung (cavitas nasi).
2. Vestibulum nasi. Letaknya dibelakang nares anterior. Vestibulum nasi dilapisi oleh rambut dan kelenjar sebasea.
3. Nares posterior (choanae). Nares posterior (choanae) merupakan lubang belakang rongga hidung (cavitas nasi).P enghubung antara rongga hidung (cavitas nasi) dengan nasofaring.

2.9. FISIOLOGI PENCIUMAN
Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.

2.10  ANATOMI SISTEM PERABA (KULIT)
Kulit merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat 15% berat badan. Kulit yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, ulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan badan, dan kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala. Perhatikan Gambarnya :


 









Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan, yaitu:

a.    Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, yaitu :
a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
b) Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut
c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin
d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.

b.   Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu
a) Akar Rambut
b) Pembuluh Darah
c) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
d) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan
e) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya. Oleh karena itu kulit merupakan organ terluas dimana pada organ ini terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause), rasa nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan (meissner).

2.11 FISIOLOGI PERABA
Fungsi kulit secara umum :
1.   Sebagai proteksi.
a)      Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.
b)      Melindungi dari trauma yang terus menerus.
c)      Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
d)     Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
e)      Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
2.   Pengontrol/pengatur suhu.
a)      Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
3.   Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh:
a)      Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.
b)      Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
c)      Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi.
d)     Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
4. Sensibilitas
a) Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.

5. Keseimbangan Air
a)      Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
b)      Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.

2.12  SENSASI SUHU
Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir sensories, diantaranya reseftor dingin, reseftor hangat dan dua subtife reseftor nyeri yaitu reseftor nyeri dingin dan reseftor nyeri panas. Dua jenis reseftor nyeri hanya dirangsang oleh panas atau dingin dalam derajat yang ekstrim sebingga bertanggung jawab bersama dengan reseftor dingin dan hangat untuk sensasi dingin yang membekukan atau panas yang membakar.
a)         Perangsang Reseftor Suhu
Sensasi Dingin, Sejuk, Indeferen Hangat danPanas. Respon empat jenis serabut saraf, yaitu : serat nyeri dingin, serat dingin, serat hangat dan serat nyeri panas. Pada daerah sangat dingn hanya serabut nyeri dingin yang terangsang. Pada suhu di atas 10 sampai 15oC impuls nyeri berhenti, tetapi reseptor dingin mulai terangsang. Kemudian kira-kira 30oC, reseftor hangat menjadi terangsang progresif sedangkan reseftor dingin mereda pada kira-kira 43oC. Akhirnya sekitar 45oC serabut nyeri panas juga mulai terangsang.

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa orang menerima suhu dari sensasi suhu oleh tingkat perangsang relatif dari berbagai jenis ujung saraf tersebut. Dapat dipahami mengapa dingin atau panas yang luar biasa dapat menyakitkan dan mengapa kedua sensasi ini bila cukup kuat dapat memberikan kualitas sensasi yang hampir tepat sama, yaitu sensasi dingin membekukan dan panas yang membakar terasa hampir sama.

b)         Efek Perangsang dengan Menaikan dan Menurunkan Suhu
Bila suatu reseftor suhu mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba, mula-mula ia merangsang dengan kuat tetapi perangsangan ini menghilangkan dengan cepat selama semenit pertama dan secara progresif lebih lambat selama setengah jam atau lebih berikutnya. Dengan perkataan lain, reseftor tersebut sebagian besar bradaptasi tetapi tidak seluruhnya.
Jadi jelaslah bahwa perubahan suhu bereaksi menyolot terhadap perubahan suhu disamping dapat bereaksi dengan perubahan suhu yang stabil. Ini berarti abhwa jika suhu kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin dari pada bila suhu tersebut tetap pada tingkat yang sama. Sebaliknay jika suhu meningkat secara aktif orang tersebut merasa jauh lebih hangat dari pada yang akan dirasakannya pada suhu yang sama seandainya ia konstan.

c) Mekanisme Perangsang Reseftor Suhu
Diduga reseftor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik mereka, perubahan ini disebabkan oleh fakta bahwa suhu mengubah kecepatan reaksi kimia intra sel kira-kira 2 kali untuk tiap perubahan 10oC, dengan perkataan lain deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan fisik langsung tetapi oleh perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena di ubah oleh suhu.

d) Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu
Jumlah ujung dingin atau hangat dalam tiap sedikit daerah permukaan tubuh sangat kecil, sehingga sulit untuk menilai gradsi suhu bila daerah kecil dirangsang. Tetapi bila daerah tubuh yang luas dirangsang, isyarat suhu dari seluruh daerah tersebut dijumlahkan. Sesungguhnya orang mencapai kemampuan maksimumnya untuk membedakan varian suhu yang kecil bila seluruh tubuhnya mengalami perubahan suhu tersebut secara serentak. Misalnya perubahan suhu yang cepat kecil 0,01oC dapat di diteksi jika perubahan ini mempengaruhi seluruh permukaan tubuh dengan serentak. Sebaliknya perubahan suhu yang yang besarnya 100 kali ini mungkin tidak mendeteksi bila permukaan kulit yang dipengaruhi hanya berukuran kira-kira satu sentimeter persegi.
a. Korpuskula Pacini : tekanan
Korpuskula Pacini (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.
Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.
b.Korpuskula Ruffini : panas
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.
c. Korpuskula Krause : dingin
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia.Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
d.      Korpuskula Meissner : sentuhan
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
e. Korpuskula ujung saraf terbuka: rasa nyeri
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas padabanyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau seratsaraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermisberhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir sarafmembentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel).Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluransitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antarakeratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan denganjaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkelmerespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin

2.13  ANATOMI SISTEM PERASA (LIDAH)
Perhatikan Gambar berikut ini :






            Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.Juga membantu membolak balik makanan dalam mulut.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin lingua atau glossal dari bahasa Yunani.

Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Lidah

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan.Lidah berfungsi sebagai indera pengecap, mengatur makanan di dalam mulut agar terkunyah dengan baik, membantu menelan makanan, dan membantu mengucapkan kata-kata. Lidah sebagai indera pengecap, yaitu untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut. Indera pengecap tersebut terletak pada bagian permukaan atas yang terbagi menjadi beberapa daerah yang peka terhadap manis, asam, asin dan pahit. Hal ini dikarenakan pada permukaan lidah terdapat saraf pengecap yang berupa bintil-bintil yang menyebabkan permukaan lidah menjadi kasar. Bintil-bintil tersebut disebut juga papilla yang terdiri dari banyak kuncup pengecap (taste bud).

Ujung organ untuk indera pengecap yang disebut taste buds (putting cita rasa) terdiri atas sel-sel gustatory fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang terangkai dalam bentuk kelompok yang menyerupai tong. Proses yang menyerupai rambut dari sel-sel gustatory ini menjulur melalui pori pada bagian superficial dari putting cita rasa. Ujung serabut-serabut saraf berakhir di sekitar sel-sel gustatory ini. Bagian lidah yaitu valet dan papilla fungiform mengandung banyak sekali putting cita rasa meskipun putting itu terdapat juga pada palatum, farink, dan larink. Sensasi cita rasa di bawa kearah dua per tiga bagian rostral lidah oleh cabang-cabang saraf fasial korda timpani yang menyertai cabang lingual dari saraf trigeminus.  Sebaliknya bagian lidah yang sepertiga (arah kaudal = posterior) menerima cita rasa melalui cabang lingual dari saraf (glosofarinkeal). Sensasi yang lain merupakan campuran dari cita rasa dasar, atau kombinasi berbagai cita rasa dengan indera penciuman.
Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang terutama terletak  pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecap pada lidah manusia) dan dalam jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan laringeal dari epiglottis. Kuncup kecap terbenam dari epitel berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel reseptor. Indera perasa dimediasi oleh Taste Buds dalam rongga mulut. Taste Buds adalah organ reseptor multiseluler yang mengandung 60-100 sel, dan terus-menerus diperbaharui oleh sel-sel progenitor yang terletak di membran basal dan sepanjang tepi lateral tunas. Setelah divisi terminal mereka, sel-sel pengecap yang sudah dewasa masuk ke tunas dan berdiferensiasi menjadi salah satu dari empat jenis sel pengecap.
Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya empat jenis sel, yang dapat dikenali dengan mikroskop elektron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan mikrovili pada permukaannya. Walaupun fungsinya belum diketahui, mereka dapat membantu aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang dicirikan oleh terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4 adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor dari sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3.
Kuncup pengecap tersebut dapat mengecap rasa karena mempunyai kumpulan saraf pengecap. Setiap kuncup pengecap hanya bisa mengenali satu rasa yang khas, yang terdiri dari 2 jenis sel, yaitu sel penyokong dan sel pengecap sebagai reseptor. Pada sel pengecap terdapat silia(rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap (taste pores). Zat-zat makanan yang terlarut dalam cairan ludah akan merangsang sel-sel ujung saraf melalui rambut gustatori yangselanjutnya akan menimbulkan impuls yang akan diteruskan ke otak sehingga dapat diinterpretasikan dengan berbagai rasa. Rasa yang dapat direspon oleh kuncup-kuncup pengecap,yaitu manis, asam, asin dan pahit. Pada lidah reseptor yang sensitif terhadap rasa manis terdapat pada ujung lidah, untuk rasa asam terdapat pada bagian samping lidah (kanan dan kiri), untuk rasa pahit terdapat pangkal lidah dan bagian samping depan sensitif terhadap rasa asin.
Sel reseptor pengecap merupakan sel epitel yang termodifikasi menjadi bentuk yang memiliki banyak lipatan permukaan atau mikrovili, dan sedikit menonjol melalui pori-pori pengecap untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan dalam mulut. Membran plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul zat kimia, karena hanya zat padat yang terlarut dalam saliva atau cairan lain yang dapat berikatan dengan sel reseptor.

Terdapat 4 jenis papilla, yaitu
  • Papilla filiformis, terdapat pada bagian posterior
  • Papilla fungiformis, pada bagian anterior
  • Papilla foliata, pada pangkal lidah bagian lateral
  • Papilla sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah
2.14. FISIOLOGI LIDAH
1. Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan atau larut dalam saliva.
2. Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap.
Sensasi Rasa:
1.Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis .terletak di ujung lidah.
2.Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah.
3.Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian samping lidah.
4. Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah.























BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.

3.2.  Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa  Anatomi Fisiologi Sensori ( Anatomi Fisiologi Sistem Pengelihatan dan PEndengaran)sangat penting bagi kehidupan kita dan agar pembaca.
Selain dari pada itu,penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat maupun tersurat.











DAFTAR PUSTAKA

Tanggal 23-02-2013. Pukul 12.41
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. h:1-12.
Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya, 1984. h:1-8.
tanggal 23-02-2013, 04:41 WIB
http _aianpramadhan.blogspot.com_ Dunia Bocah Keperawatan.htm
tanggal 23-02-2013, 05.3

1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa - Map, Timings, Address - JTM Hub
    Borgata Hotel 세종특별자치 출장샵 Casino 경주 출장마사지 & 강릉 출장마사지 Spa locations, hours, 광주광역 출장마사지 services, map, photos, geolocation, license information and more. 통영 출장마사지

    BalasHapus